***
Yulia menatap Marwoto tak berkedip.
"Masa hanya segini sisa gajimu, Mas?"
Marwoto mengangguk.
"Nggak dapat bonus? Uang segini mana cukup untuk belanja satu bulan?."
Marwoto terdiam. Hatinya kalut bercampur bingung. Sejak menikahi Yulia di bawah tangan, ia harus pandai-pandai mengatur keuangan. Tak jarang gaji yang diterimanya minus. Apalagi Yulia banyak mengajukan tuntutan yang membuatnya tanpa sadar teringat Aisyah---membandingkannya secara diam-diam. Aisyah tidak pernah sekali pun  njiat  padanya. Ia selalu ikhlas menerima berapa pun gaji yang ia berikan.
"Jadi?" Yulia mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Membuyarkan lamunan Marwoto.
"Untuk sementara, terima dulu apa adanya. Nanti aku usahakan mencari tambahan."
"Tambahan darimana? Bukankah hutang Mas Marwoto sudah menggunung?"
"Menggunung juga demi memenuhi kebutuhanmu, Lia."
"Sepertinya Mas tidak ikhlas!"