Mbok Rondho Dhadapan yang duduk mendampingi sempat terheran-heran, apa sebab anak angkatnya itu tidak berkenan menerima gadis-gadis cantik itu? Gadis-gadis yang akhirnya pulang dengan wajah kecewa.
"Mengapa Thole menolak bertemu mereka? Bukankah mereka gadis-gadis yang jelita?"
"Ketiga gadis itu tidak mampu mempertahankan marwah mereka. Mereka rela menjual kehormatan hanya demi mendapatkan apa yang diinginkan. Saya mencium bau anyir Yuyu Kangkang, terutama pada pipi mulus gadis-gadis cantik itu," Ande-ande Lumut mengemukakan alasan seraya mengulum senyum. Mbok Rondho Dhadapan diam tercenung.
Dan harap-harap cemas pada sebuah penantian panjang pun berakhir. Penguasa Kerajaan Kediri yang tengah menyamar menjadi Ande-ande Lumut itu gegas berdiri, menyongsong istri tercintanya---Dewi Galuh Candra Kirana yang baru saja tiba.
"Dinda! Dinda Dewi!" Raden Panji tidak mampu lagi menyembunyikan rasa rindu dan kegembiraannya. Tangannya yang kekar terulur, merengkuh pundak sang kekasih hati.
"Kangmas Panji, tunggu! Jangan dulu menciumku. Bisakah Kangmas memberitahu di mana aku bisa membersihkan wajahku yang coreng moreng ini?"
***
Malang, 08 Nopember 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H