Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dongeng | Klenting Kuning dan Sebuah Ciuman

8 November 2017   07:23 Diperbarui: 8 November 2017   09:12 10832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kebaya |Explore on DeviantArt/ www.deviantart.com

Singkat cerita, ketiga putri berhasil sampai di seberang dengan selamat. Mereka pun segera melenggang meneruskan perjalanan.

Sementara Klenting Kuning masih berdiri termangu. Menatap aliran sungai yang deras sembari terus berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa melintas sampai ke seberang.

"Benar panjenengantidak berkenan menolong saya?" ia bertanya sekali lagi kepada kepiting raksasa yang meringkuk tidak jauh darinya. Hewan bercapit itu tidak menyahut---telinganya pura-pura tidak mendengar.

"Baiklah. Saya kira percuma terlalu berharap kepada mahluk  dreman  seperti panjenengan. Saya sudah memutuskan, dengan amat terpaksa---saya harus melakukan tindakan frontal ini," Klenting Kuning merogoh dadanya, mengeluarkan sebuah  pusaka berbentuk lidi yang disebut sodo lanang  dan mengacungkan benda bertuah  pemberian Dewa Wisnu itu ke arah arus sungai.

Sejenak bibir mungil Klenting Kuning berkomat-kamit.

Jleegeerr!

Tiba-tiba kilat menyambar membelah langit. Hal aneh pun terjadi. Arus sungai yang semula deras mendadak berhenti mengalir. Airnya membeku, berubah menjadi bongkahan es. Kepiting raksasa yang tengah berada di tengah sungai tidak sempat menyelamatkan diri, tubuhnya terhimpit.

Klenting Kuning tersenyum. Ia berjalan lenggang kangkung di atas permukaan sungai yang mengeras. Ia sama sekali tidak memedulikan rintih kesakitan kepiting raksasa yang sesungguhnya adalah jelmaan musuh yang selama ini tak henti mengejarnya.

***

Raden Panji Inu Kertapati alias Ande-ande Lumut menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Ia bahkan menolak bertemu ketiga Klenting yang sudah bersusah payah ingin melamarnya.

Bukan mereka yang tengah ditunggunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun