Tulisan itu lagi? Â Mata Risma terbelalak. Perasaan semalam tulisan itu sudah dihapusnya. Dahinya berkerut. "Aku ingin menyelesaikan cerita horor. Bukan cerita detektif." Dihapusnya huruf-huruf tak bermakna itu dengan kesal. Lalu ia mulai melanjutkan cerpen horornya yang semalam terbengkalai.
Penolakan Martin untuk tidak menjual rumah warisan orangtuanya membuat Paman John sangat marah. Laki-laki bertubuh tambun itu menyusun rencana jahat, ia ingin segera menghabisi keponakannya yang keras kepala itu.
Sementara Martin tidak menyadaribahwanyawanya tengah terancam. Malam itu ia naik ke tempat tidurdengan tenang. Surat-surat pentinghak waris dan kepemilikan rumahsudah diamankannya.
Ia tidur lebih sore dari biasanya.
Baru saja matanyaterlelap,dua sosok---bertopeng, mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya menggunakan kunci duplikat. Mereka berdiri tepat di samping tempat tidur. Salah seorang mengulurkan tangan,membekap wajah Martin sekuat tenaga menggunakan bantal.
Pemudablasteran Belanda- Indoitu menggelinjang sesaat. Hanya sesaat.
Beberapa menit kemudian ia tidak bergerak sama sekali.
Esoknya---Martintidak ditemukan lagi di dalam kamarnya.
Pemuda itulenyap tanpa jejak.Â
Risma menghentikan jarinya. Perutnya terasa perih. Ia memutuskan untuk turun. Sarapan.
***