"Ramdan? Ia sudah mengatakannya padaku."
"Syukurlah kalau kau sudah tahu, Sih."
Sejenak keheningan menguasai. Ibu dan anak itu saling membisu.Â
Beberapa menit kemudian, Darsih turun dari tempat tidur. Ia teringat sejak pulang kerja belum mengisi perut.
"Ibu, mari kita makan malam bersama," Darsih mendahului Ibunya keluar kamar, berjalan melenggang menuju ruang makan.
***
Pagi-pagi sekali Darsih mendengar teriakan histeris Ibunya dari ruang tengah. Tergopoh ia beranjak bangun dan mendapatkan Ibunya tengah mengacak-acak rambut di depan cermin.
"Sih! Wajah Ibu mengeriput! Susuk yang terpasang satu persatu terlepas. Ibu jadi terlihat sangat tua, Sih! Tua dan buruk sekali!"
Menanggapi kepanikan Ibunya, Darsih tersenyum. Ya, ia tahu. Mengapa Ibunya sampai mengalami hal demikian.
"Jadi---daun kelor harus dihindari karena itu adalah pantangan bagi para pemakai susuk," terngiang kembali ucapan laki-laki tua berikat kepala merah menyala itu, beberapa tahun silam.
Dan Darsih, tadi malam baru saja menyuguhkan sayur daun kelor yang nikmat khusus dipersembahkan untuk Ibunya tercinta.