"Kuharap kali ini kau mau mendengarku, Mark. Ini sudah kali kedua lehermu tertebas pedang milik Morriarty," Lisa menyentuh leher Mark yang terluka parah. Mark hanya meringis.
"Aku tidak menyangka ia masih membuntuti kita, honey. Ia menyamar sebagai Tuan Jim, mengantarku sampai ruangan dan---ah, Morriarty, kukira ia sudah merelakanmu."
"Morriarty tidak akan pernah berhenti mengejarmu, Mark. Dendam cinta tak berbalas telah menguasai hatinya. Untunglah aku menyusulmu, menyamar sebagai tamu undangan dan berhasil menyelamatkanmu."
"Ia teramat sangat mencintaimu, Lisa. Aku baru menyadari itu," Mark mendesah.
"Aku sudah lama menaruh curiga pada rumah besar di atas bukit itu. Aku mencium bau anyir yang terbawa oleh angin dari arah rumah itu---suatu malam ketika aku berdiri di atas balkon," Lisa mengulurkan tangan dan menyentuh kening Mark sebentar.Â
"Pada  Friday the 13th mendatang, kuharap kau benar-benar mendengarku, Mark. Menurut apa kataku. Tidak keluar rumah---tidak peduli siapa pun yang mengundangmu. Sebab jika kau mengabaikannya, maka saat itulah Morriarty akan benar-benar berhasil membunuhmu."
Mark melonjak bangun."Honey, Â itu masih sebelas tahun lagi bukan? Kukira Morriarty sudah melupakan dendamnya padaku."
Lisa tidak menyahut. Kakinya melangkah menuju jendela, membuka tirainya sedikit. Sejenak matanya memandang jauh---tertuju pada bangunan besar di atas bukit. Bangunan yang perlahan-lahan lenyap bersama kabut seiring dengan datangnya pagi.
Friday the 13th telah pergi.
Perempuan cantik bernama Lisa itu tersenyum. Sepasang taring Vampirnya menyembul keluar.
***