Rumah Tuan Jim sebenarnya tidak terlalu jauh. Berjarak sekitar satu kilometer dari kediamannya. Hanya, ia harus melewati jalan setapak yang sengaja dibuat melingkar, yang membuat perjalanan terasa agak lamban.
Jalanan kian menanjak. Membuat napas Mark terengah. Beberapa kali ia mesti berhenti untuk meluruskan lutut kaki yang pegal.Â
Tinggal sedikit tanjakan lagi, huft, akhirnya...Mark menarik napas lega. Rumah Tuan Jim sudah tampak di depan mata.
Di pintu pagar Mark disambut oleh seorang laki-laki yang mengenakan jaket tebal semirip yang dikenakannya.
"Saya Jim. Bisa menunjukkan nomor undangan Anda?"
Mark terdiam sesaat. Ia lupa, kartu undangannya tertinggal di atas meja.
"Mungkin---saya adalah tamu Tuan yang paling akhir," Mark menjawab pelan.
***
Dipandu laki-laki yang mengaku sebagai tuan rumah itu, Mark berjalan menyusuri koridor panjang menuju ruangan semacam aula yang terletak di bagian bangunan paling ujung. Saat mereka sampai, beberapa tamu sudah duduk menunggu.
"Ini tempat duduk Anda, nomor 13," Tuan Jim menarik sebuah kursi untuk Mark. Mark tercenung. Nomor 13?
Tiba-tiba saja ia teringat kata-kata Lisa.