"Anda bisa memberi keterangan selengkapnya di kantor polisi," salah seorang petugas menunjukkan surat penangkapan tepat di depan hidungku. Aku tidak berkutik.
"Boleh saya pamit sejenak pada Mayu?" aku menatap kedua polisi itu bergantian. Mereka mengangguk.
Mayu masih meringkuk manja di atas ranjang. Aku mencium keningnya. Membisikkan kata-kata mesra di telinganya.
"Demi untuk membawamu pulang, Mayu, aku terpaksa mengambil uang di dalam brankas milik kantorku. Tapi tenanglah, aku akan mempertanggungjawabkannya. Hanya saja---satu hal, jika nanti aku dijebloskan ke dalam penjara, maukah kau menemaniku?"
Mayu tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
Ya, boneka besar bernama Mayu itu, yang baru saja kubeli dan kukencani memang dirancang untuk selalu tersenyum.
Sekali lagi---ia memang jauh berbeda dengan istriku.
***
Malang, 12 Oktober 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H