Dokter Sae melirik arloji di pergelangan tangan kanannya. Lalu mengangguk.
Perawat menghilang sejenak, tak lama kemudian ia kembali bersama seorang perempuan. Dokter Sae tertegun. Matanya terbelalak.Â
Perempuan yang tengah berdiri di samping perawat itu, Hana!
"Hana?" Dokter Sae tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata.
"Selamat siang, Dokter Sae," Hana mengangguk sopan. Dokter Sae memberi tanda ke arah perawat agar meninggalkan ruangan.
"Hana, benarkah ini dirimu?" bisik Dokter Sae dengan suara bergetar. Hana mengangguk.
"Kau---kemana saja? Dua tahun aku mencarimu...."
"Dokter, aku datang sebagai pasienmu. Bisakah memeriksa benjolan yang tumbuh di dadaku--- sebelah kiri?" Hana berkata pelan seraya menyodorkan lembar foto USG ke hadapan Dokter Sae. Â
 "Ya, Hana. Aku pasti akan membantumu," Dokter muda itu memeriksa foto-foto di hadapannya dengan pikiran terbelah.
"Sudah berapa lama benjolan ini ada, Hana?"
"Sejak dua tahun lalu. Apakah benjolan itu berbahaya, Dokter?"