Menemui Tuan apoteker kukira pilihan yang terbaik. Aku ingin Tuan pemerhati itu meramukan obat-obatan yang manjur untukku. Obat yang dengan segera mampu menyembuhkan luka hatiku.
"Tentu Rosaline, dengan senang hati aku akan meraciknya untukmu," Tuan apoteker itu berkata ramah. Ia meninggalkanku sebentar masuk ke dalam ruangan. Lalu keluar lagi dengan sekantung obat-obatan di tangannya.
"Minumlah obat ini sesuai petunjuk yang sudah kutulis di situ, Rosaline. Kuharap tiga hari lagi kau kembali ke sini dalam keadaan lebih baik."
Aku mengangguk.
Langkahku gontai saat pulang menuju rumah. Sejuta galau berkecamuk dalam pikiranku.Â
Kau harus segera mengakhiri semua, Rosaline. Agar jiwamu tenang.
Berkali suara itu menekanku. Aku tak berkutik.
Tiba di rumah aku mengunci pintu kamar rapat-rapat.
Selamat tinggal dunia yang kejam. Selamat tinggal Romeo pecundang.
Kutelan obat-obatan pemberian Tuan apoteker yang baik hati itu. Kuhabiskan semua. Hingga tandas. Tiada bersisa.
***