"Kukira percuma Anda ke sana, Miss. Karena...."
"Ada apa lagi, Boy?" aku mulai was-was.
"Karena... saya tadi melihat Bryan telah mengambil kotak itu dan membawanya berlari ke taman belakang sekolah."
***
Aku terpekur sejenak. Haruskah bersikeras mengejar keberadaan kotak berisi pensil peninggalan Kakek itu?Â
Tiba-tiba saja kepalaku terasa pening.
"Baiklah, Boy. Kukira kita bisa membicarakan masalah ini besok pagi. Aku akan menanyakan langsung kepada Bryan. Sekarang kau harus pulang. Ini sudah lewat jam makan siang," aku melirik arloji di pergelangan tangan kiriku.Â
"Miss.Liz, saya kira besok pun Anda tidak akan bisa menemui Bryan," Dirga menatapku ragu.
"Oh, ya?"
"Benar Miss. Sebab beberapa menit lalu saya melihat Bryan---menghilang."
"Menghilang?"