Kisah sebelumnya : https://www.kompasiana.com/elfat67/59a15d521772b0587a74ab03/serial-miss-liz-pawai-para-penyihir
Bagaimanapun juga kembali ke wujud semula jauh lebih menyenangkan. Meski penampilanku terlihat aneh---masih dengan pakaian berumbai-rumbai ala Suku Yahi serta hiasan bulu-bulu angsa tersemat di kepala, aku tetap merasa bersyukur.Â
Sementara Bogart, sesuai janjinya ia masuk ke ruang kelas 8 A, menyampaikan sesuatu.
"Selamat siang, anak-anak. Ada sedikit himbauan untuk kalian. Sekali-sekali jangan pernah membawa barang berharga ke sekolah. Sekitar satu jam lalu aku masuk ke toilet dan kutemukan sebuah kotak pensil tertinggal di sana."
"Oh, kotak itu milik saya!" seruku tanpa bisa menahan rasa gembira. Huft, akhirnya, kotak berisi pensil peninggalan Kakek itu kutemukan juga.
Bogart menatapku. Alisnya terangkat sedikit.Â
"Anda yakin barang itu milik Anda, Miss.Liz? Maksud saya, mm, Anda---masuk ke toilet khusus pria?"Â
Aku terdiam. Agak bingung menjelaskannya. Bogart merogoh saku jas yang dikenakannya.Â
"Benar barang ini milik Anda?"
Aku tertegun beberapa saat. Mengamati kotak pensil di tangan Bogart. Â Warnanya berbeda dengan kotak pensil milikku.
"Kotak itu milik saya, Mister!" Bryan yang duduk di bangku paling belakang mengacungkan tangan. Bocah bertubuh kurus itu terburu maju ke depan kelas.