Di luar gerimis mulai turun. Suasana berubah muram. Dua orang Polisi muncul menghampiri kami. Bapa Made berbincang sejenak dengan mereka. Beberapa saat kemudian ia kembali mendekat dan merangkul pundakku.
"Kita harus menaati hukum yang berlaku, Nak. Kedua Polisi itu datang untuk menjemput Ibumu," Bapa Made berkata pelan. Aku mengangguk, mahfum. Penusukan yang dilakukan Ibu terhadap Julian membuatnya harus berurusan dengan pihak yang berwajib.
Kami kembali masuk ke dalam ruangan menemui Ibu. Sepertinya Ibu sudah tahu, bahwa dua Polisi itu akan membawanya pergi.
Sebelum meninggalkan kami, Ibu memelukku sangat erat.
"Alles zal wel goed, Zoon."
Kemudian mata sayu mantan penari Bali itu beralih ke arah Bapa Made.
"Bli  Made, aku titipkan mereka berdua padamu," suara seraknya terdengar tersendat.
"Berangkatlah, Ni. Kamu sudah melakukan apa yang seharusnya kamu lakukan," Bapa Made merangkul pundak Ibu, mengantarnya hingga ke luar ruangan.
Ibu dan dua orang Polisi itu menghilang dari pandanganku. Bapa Made kembali ke masuk ruangan dan berdiri di tepi ranjang Papi.
 "Dia belum berubah, Bli. Masih perempuan yang keras kepala," desah Papi.
"Maksudmu penari menyebalkan itu? Dia akan baik-baik saja, Pieter. Cintanya pada kalian memaksanya nekad melukai Julian," Bapa Made tersenyum menatap Papi.