Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Jejak Sang Penari [14]

16 Agustus 2017   08:29 Diperbarui: 23 Agustus 2017   18:04 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imgrum.org/user/christianwalpole

"Dia anakku, Bli. Aku merindukannya," Ibu menatap Bapa Made sesaat. Matanya berkaca-kaca.

"Sudahlah, Ni. Kendalikan dirimu. Ajaklah Jansen duduk di kursi itu. Jangan biarkan orang-orang menonton pertunjukkan yang mengharukan ini," Bapa Made menyentuh pundak Ibu.

"Jansen, Papi Pieter ingin bertemu denganmu, Nak," bisik Bapa Made. Aku segera menggandeng lengan Ibu, mengajaknya  masuk ke ruangan untuk menemui Papi.

Papi masih terlihat pucat dan lemah. Matanya terpejam rapat. Aku menghampirinya dan mencium pipinya yang dingin.

"Pencarian kita sudah berakhir, Pi..." bisikku di telinga Papi. Papi berusaha membuka matanya perlahan. Tapi kemudian mengatupkannya kembali.

"Biarkan Papimu istirahat, Nak," Bapa Made menggamit lenganku. Mengajakku menepi. Aku melihat ke arah Ibu. Perempuan itu berdiri mematung, menatap tubuh Papi yang terbujur di atas tempat tidur dengan mata ragu.

"Temui dia, Ni. Dia pasti senang dengan kehadiranmu," Bapa Made memberi tanda agar Ibu mendekat ke arah Papi.

Perlahan Ibu mengayun langkah. Ia berhenti di tepi ranjang Papi. Tangannya yang kurus menyentuh dada Papi.

"Pieter, bagaimana keadaanmu?" suara serak Ibu membangunkan Papi. Mata tua yang terpejam itu perlahan terbuka.

"Ni, benarkah ini dirimu?" Papi berbisik. Ibu mengangguk dan meraih jemari Papi, lalu mengecup punggung jemari itu dengan lembut.

Bapa Made tersenyum ke arahku. Tangannya yang kekar memeluk pundakku. Ia mengajakku pergi meninggalkan ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun