"Maksud Bapa?"
"Ah, kukira ini cerita yang tidak penting."
"Tapi aku ingin tahu. Bisakah Bapa menceritakan sesuatu tentang orang itu? Aku merasa kasihan. Ia sepertinya sedang sakit. Beberapa kali ia terbatuk-batuk."
Beberapa saat lamanya Bapa Made terdiam. Seperti sedang berpikir.Â
Aku menunggu.
"Kau benar, Nak. Orang itu memang sakit. Di sini banyak orang sakit seperti dia."
"Maksud Bapa?"
"Ia mengidap virus HIV."
"Oh!" mulutku ternganga.
"Semoga kau tidak bertemu dia lagi, Jansen. Penyakit itu sangat berbahaya. Ia bisa menular walau hanya dengan sentuhan. Setidaknya begitu yang pernah kudengar."
Aku terdiam. Peringatan Bapa Made sama sekali tidak membuatku takut. Justru aku berharap bisa bertemu lagi dengannya. Orang itu, pemilik suara serak itu. Bukankah ia sudah menjadi temanku?