Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering. Mbak Mira sigap mengangkatnya.
"Oh, rombongan akan segera tiba, Â ya? Baiklah...."
Aku baru saja hendak menanyakan sesuatu ketika tiba-tiba Mbak Mira sudah berdiri di hadapanku.  Dan tanpa ba-bi-bu lagi, tangannya lincah menyapukan bedak  pada wajahku.
"Haaattt....hattchiiiii   !!!" aku menepis tangan Mbak Mira seraya melompat ke atas tempat tidur, menghindari kuas yang semirip sapu ijuk itu mampir lebih lama di pipiku.
Hidungku geli serasa dikilik-kilik. Aku bersin berulang kali.
"Sedikit saja, Jeng. Tamu akan segera datang," Mbak Mira membujukku. Aku menggeleng. Kuraih selembar tisu, kuseka wajahku dengan kasar.
Kulihat Mbak Mira masih berdiri menatapku. Entah apa yang tengah dipikirkannya. Yang jelas tatapannya itu tiba-tiba saja membuat perasaanku menjadi tidak nyaman
Aku melompat kembali ke tepi ranjang.
"Kau menurutlah padaku, Jeng," suara Mbak Mira terdengar serius. Aku menggeleng.
"Baiklah, adikku sayang," Mbak Mira tampak mulai kesal. Ia menutup kembali bedak di tangannya, lalu meletakkan benda serbuk itu di atas meja berdampingan dengan lipstik yang masih belum terpakai.
Usai menatap Ibu, kakakku yang jelita itu berlalu meninggalkan kamar. Sebentar kemudian Ibu pun ikut menyusul pergi.