"Oh, ini bagus sekali!" Rihana, putrinya masuk dengan mata berbinar. "Ranjang ini untukku, Ayah?"
Ragu Tuan Gary menggeleng. Rihana tampak kecewa.
"Lalu...untuk siapa Ayah?"
"Untuk seseorang yang sedari tadi mengintai rumah kita, Rihana. Lelaki jangkung yang saat ini tengah berdiri di depan pintu pagar," jari Tuan Gary menunjuk ke luar rumah.
Mata Rihana mengikuti arah jari Ayahnya . Gadis cantik itu menyibak tirai kamar perlahan. Tampak seorang laki-laki, jangkung berdiri menunggu.
"Katakan pada lelaki jangkung itu anakku. Ayah bersedia menjual ranjang pengantin ini dengan harga yang pernah ia tawarkan...."
Rihana mengernyit alis. Ia merasa ada sesuatu yang tengah dikhawatirkan oleh Ayahnya. Gadis cerdas itu kemudian berjalan menuju ranjang berukir itu. Matanya sibuk meneliti. Dan ia tersenyum ketika menemukan laci rahasia yang posisinya sedikit menonjol.
Gadis itu menarik lubang laci dengan jepit rambutnya. Dan ia menemukan secarik kertas yang tadi sempat dibaca oleh Tuan Gary.
Usai membaca kertas itu kembali Rihana tersenyum. Lalu tanpa berkata apa-apa ia berlalu meninggalkan kamar menuju luar rumah menemui lelaki jangkung yang masih berdiri di depan pintu pagar.
"Apakah kau masih menginginkan ranjang itu?" Rihana menyentuh pintu pagar.
"Tentu saja! Tapi aku berubah pikiran. Aku hanya akan membelinya di bawah harga pembelian."