Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Melody, Masih Ada Hari Esok

16 Juni 2017   11:05 Diperbarui: 15 Agustus 2017   12:12 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mel! Hari ini kita akan kedatangan tamu. Kau tidak keberatan bukan membantu Mama memasak di dapur?"

"Tapi saya dapat shift pagi, Ma. Kemarin saya sudah dimarahi pimpinan karena datang terlambat."

Ibu mertuaku memberengut. Bapak mertua datang seraya menyilangkan handuk di lehernya. Ia menjejeri istrinya seraya berkata, "Mel itu kuat, Ma. Strong...Jadi ia bisa membantumu. Membantu kita. Dan yakinlah semua akan baik-baik saja."

Baik-baik saja? Diomeli pimpinan dengan kata-kata kasar, kerja dalam keadaan sakit...mereka menganggap itu baik-baik saja? Mataku terasa panas. Sebenarnya apa posisiku di mata mereka? Seorang menantu ataukah sapi perah? Aku bekerja banting tulang menghidupi seisi rumah. Bapak mertuaku menganggur, suamiku juga. Sedang Ibu mertua bisanya hanya mengajukan permintaan yang kadang---membuatku geram.

"Kuharap begitu, Pa. Apalagi setelah ini ada Prisca tinggal di rumah ini...kukira ia, si Prisca itu akan seperti Mel. Bisa diandalkan," Ibu mertua tersenyum ke arahku. Penuh arti.

Dan sepertinya perlahan aku mulai paham. Ketika sosok Prisca akhirnya benar-benar hadir, tinggal bersama kami, menumpang di rumah yang tidak seberapa besar ini, mataku mulai terbuka.  Melihat kehadiran gadis itu, aku seperti diingatkan pada masa lalu---masa-masa di mana awal aku terperangkap ke dalam sangkar emas keluarga Mas Rusdi.

***

Prisca itu sosok yang cantik. Ia lebih muda dariku beberapa tahun. Jangan katakan aku cemburu padanya. Tidak. Sama sekali bukan itu. Aku hanya merasa tersingkirkan, itu saja. Prisca telah mencuri perhatian mereka. Mas Rusdi menjadi super sibuk. Ia mengantar jemput ke mana saja yang Prisca mau. Juga Bapak dan Ibu mertua. Mereka tak henti menyanjung dan mengelu-elukan Prisca. Sama persis seperti yang pernah mereka lakukan terhadapku, dulu, ketika untuk pertama kalinya aku tinggal menumpang di rumah ini.

Sampai suatu malam, ketika aku baru saja pulang dari pabrik, kulihat Mas Rusdi tengah duduk berdua dengan gadis itu di teras rumah. Mereka tidak menyadari kehadiranku.

"Prisca, kamu itu cantik..." suara Mas Rusdi membuat langkahku seketika terhenti. Prisca menjawab pujian Mas Rusdi dengan tawa lirih yang manja.

"Mas Rus juga tampan...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun