Lelaki itu menunggu dengan harap-harap cemas di ruang tamu. Ia berucap syukur ketika mendengar suara tangisan melengking. Tanpa terasa air matanya tumpah.
“Bang, bayimu selamat.” Perempuan paruh baya bernama Sumi menghampiri seraya membopong bayi dalam gendongannya. Lelaki itu mengumbar senyum.
“Tapi, Bang. Kita harus melaporkan penemuan orok ini kepada aparat berwenang.”
“Tidak perlu, Sum! Jangan! Aku ingin merawatnya. Aku kesepian...” lelaki itu menatap Sumi dengan sinar mata penuh pengharapan.
***
Seperti biasa, pagi masih mengulum sisa-sisa butiran kelam semalam. Lelaki itu menatap karung lusuh yang tersampir pada dinding dapur. Di atas meja telah tersaji secangkir kopi yang mengepul. Bunyi gemericik air dari bong bambu di belakang rumah membuatnya menguak daun pintu.
Dilihatnya bocah itu, yang kini telah beranjak menjadi perjaka bertubuh tegap, tengah membungkuk menggantang air pada kedua tangkup jemarinya.
“Basuhlah wajahmu, Nak. Dan curilah pagi sebanyak-banyaknya,” lelaki tua itu bergumam. Seulas senyum tersungging. Ya, ia boleh berbangga hati, anak temuannya delapan belas tahun silam kini telah siap menjadi seorang Taruna.
***
Malang, 25 Mei 2017
Lilik Fatimah Azzahra