“Kopi itu khusus buat suami saya, Tuan. Rasanya tawar, tidak bergula!” Dee berusaha mencegah. Sherlock seolah tidak mendegar. Ia terus saja mendekatkan cangkir ke dekat mulutnya dan siap menyeruput kopi yang beraroma wangi itu.
“Kebetulan saya juga sedang diet gula, Nyonya.” Sherlock Holmes berkata setengah bergumam.
Keringat dingin mulai membasahi kening Dee. Ia terlihat panik dan gugup. Tangan dan kakinya bergetar.
Sedang mengenai Hitler, ternyata ia memiliki kebiasaan “meniru”. Ia ikut-ikutan meraih cangkir kopi yang berada jauh dari jangkauannya. Cangkir mungil yang berada tepat di hadapan Dee.
Kali ini Dee tidak mencegah seperti apa yang ia lakukan terhadap Sherlock Holmes. Ia membiarkan begitu saja Hitler menyeruput kopinya hingga tuntas tak berbekas.
***
Sherlock meletakkan cangkir di tangannya perlahan. Lalu ia menggeser cangkir berisi kopi yang masih utuh, yang seharusnya untuk dirinya menuju hadapan Jim.
“Silakan diminum kopinya...” Sherlock tersenyum ke arah Jim. Jim mengangguk. Dee semakin gemetar.
“Saya juga memiliki kebiasaan aneh, Tuan-tuan. Saya selalu meminta istri saya mencicipi kopi terlebih dulu sebelum kopi itu saya minum...” Jim mengulurkan cangkir di tangannya ke arah Dee.
“Tidak, Jim. Aku bisa kembung!” Dee menggeleng dan menepis cangkir yang dipegang suaminya. Tepisan itu membuat isi cangkir tumpah. Jim melotot. Ia nyaris memarahi istrinya itu.
“Tuan dan Nyonya Jim, kukira masalah kalian sudah beres,” Sherlock Holmes berdiri diikuti oleh Hitler.