“Apa maksud Anda?” Jim menatap tamunya tak berkedip. Ia kebingungan.
Sherlock Holmes membalas tatapan Jim dengan tenang.
“Tuan Jim, Anda bisa mulai berdiskusi bersama istri Anda. Menanyakan hal-hal seputar...mm, rencana mengapa ia sampai meletakkan racun ke dalam kopi untuk membunuh seseorang,” Sherlock Holmes berdehem sembari merapikan ujung lengan kemejanya.
Setelah membungkukkan badan, detektif kurus itupun berlalu. Bersama Hitler ia meninggalkan suami istri yang masing-masing duduk membisu.
***
Dee menangis terisak. Jim masih terdiam.
“Maafkan aku, dear. Aku hanya tidak ingin bola merampas perhatianmu dariku....”
Jim mengulurkan tangannya perlahan. Ia mengelus lembut punggung istrinya.
“Aku tahu, Dee. Aku yang salah,” laki-laki itu kemudian merengkuh Dee ke dalam pelukannya.
Beberapa menit kemudian, ponsel Sherlock Holmes bergetar. Sebuah pesan masuk menunggu untuk dibaca.
“Thank’s, Tuan Holmes. Anda telah berjasa menyelamatkan keharmonisan keluarga saya. Suami saya berjanji untuk tidak terlalu tergila-gila lagi pada permainan bola.”