“Ra, kau boleh tidur duluan. Aku harus minum obat dulu," aku berdiri.
“Tidak Biy...aku akan menunggumu.”
“Sampai kau melihat hal yang mengerikan terjadi padaku?”
Ra tidak menyahut. Ia hanya mengangkat bahu.
Baru saja hendak melangkah menuju kamar, mendadak perubahan itu sudah terjadi pada tubuhku. Perubahan yang nyaris membuat Ra terjengkang karena terkejut.
Aku, Biyan, yang semula adalah seorang laki-laki, tiba-tiba saja berubah menjadi seorang perempuan.
“Aku Biyanca,” suaraku pun berubah menjadi suara khas perempuan. Terdengar empuk dan lembut. Ra terpana. Ia mundur beberapa langkah, mengatur napas sebentar. Tapi kemudian wajahnya tampak tenang kembali.
“Selamat datang Biyanca. Aku Ra, teman Biyan.” Ia menghampiriku. Menatapku dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“Biyan? Siapa dia?” aku mengernyitkan alis. Ra mengangkat dagunya sedikit.
“Biyan itu teman dekatku, seorang lelaki, tampan. Aku mengenalnya beberapa bulan yang lalu.”
“A-pakah ia menyenangkan?”