Lelaki itu terengah-engah. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan kedua putrinya.
Big foot! Lagi-lagi pikiran Ramon tertuju pada mahluk itu. Oh, tidak, semoga kedua putrinya selamat.
Ramon berhenti saat melihat sebatang pohon yang tumbang. Ada bekas remah biskuit tercecer di sekitarnya.Â
"Anak-anak baru saja duduk di sini," Ramon bicara sendiri. Mata lelaki itu memicing. Mencari-cari sesuatu. Tapi keadaan sekeliling sangat lengang.
Lalu matanya yang awas tertuju pada semak tak jauh dari tempatnya berdiri. Sesuatu bergerak-gerak di sana. Dan Ramon tahu apa yang tengah terjadi. Pergumulan!
Lelaki itu mengeluarkan senapan angin yang dibawanya. Ia siap membidik.
"Ayah!" itu teriakan Grace dan Jasmine. Mereka berlari-lari menyongsongnya.Â
"Jangan tembak! Itu Bibi Rose. Ia sedang sibuk menangkap kelinci untuk kami."
Seketika Ramon membuang senjatanya ke tanah.
"Rose! Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah tadi kamu...."
"Ramon, kau lelet sekali. Bagaimana jika terjadi sesuatu terhadap anak-anakmu? Saat kau sibuk mempersiapkan bekal, aku berangkat lebih dulu menyusul mereka."