Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Ayah Menangis

15 Maret 2017   17:40 Diperbarui: 15 Maret 2017   17:49 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com

"Sudah seberapa jauh kita dari rumah, ya, Kak?" Jasmine melirik kakaknya.

"Jauh bangeeet..." Grace menyahut. Mendengar itu Jasmine menghentikan langkah.

"Kita balik yuk. Takut tersesat. Lagi pula di dalam hutan ada nenek sihir yang suka memangsa anak-anak," Jasmine membelot. Grace menatap adiknya tak berkedip.

"Kalau kita balik pulang, kita nggak bakal melihat Ayah kita menangis!" Grace mengingatkan. 

"Tapi, Kak... aku lelah. Boleh rehat sebentar, kan?"

Grace mengangguk. Lalu membimbing adiknya duduk di atas sebatang pohon yang semalam tumbang menghalangi jalan.

***

Ramon meraih ransel yang tersampir di belakang pintu. Diisinya ransel itu dengan beberapa potong roti dan sebotol minuman. Ia juga memasukkan lampu senter, senapan angin dan obat-obatan untuk berjaga-jaga.

Sepanjang perjalanan lelaki itu mengeluh. Duh, anak-anak. Mengapa kelakuan mereka kian hari kian merepotkan. Ada-ada saja tingkah mereka. Selama tidak berbahaya, sih, ia masih bisa memaklumi. Tapi kalau sudah seperti ini, bermain-main ke dalam hutan, huft, Ramon memutuskan untuk mempercepat langkah.

Beruntung semalam turun hujan. Dengan begitu Ramon bisa mengikuti jejak sepatu kedua putrinya. Jejak-jejak itu kadang hilang tertutup rerumputan. Ramon mesti teliti mengamati jengkal demi jengkal agar ia tidak kehilangan arah.

Pada kesempatan lain, Ramon berhenti. Matanya lebih seksama mengamati jalanan. Sekarang ada banyak jejak. Oh, ada jejak yang lebih besar. Big foot! Ramon pun segera berlari kencang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun