Siang itu Ramon tidak melihat kedua putrinya berlari-lari menyambut kedatangannya. Telinganya juga tidak mendengar tawa riang mereka. Kemanakah anak-anak? Ramon membuka pintu rumah yang tidak terkunci lebar-lebar.
Bibi Rose, yang melihat Ramon celingak-celinguk segera datang menghampiri.
"Dua gadis kecilmu sejak tadi keluar rumah," ujar perempuan cantik itu memberitahu.
"Oh, ya? Tapi mengapa mereka tidak meninggalkan pesan?" Ramon menggerutu. Ia menatap papan tulis kecil yang terpampang di tembok ruang tamu. Biasanya anak-anak menuliskan pesan di sana jika mereka tidak berada di rumah.
"Mereka menitip pesan kepadaku," Bibi Rose tersenyum ke arah Ramon.
"Benarkah? Apa kata mereka?"
"Mereka bilang, Ayah tidak usah mencari kami. Kami bersenang-senang di dalam hutan."
Deg. Ramon berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
***
Hari kian merayap. Grace menggandeng erat tangan adiknya. Mereka sesekali berlari-lari kecil, mengejar kupu-kupu atau rama-rama yang bersliweran di depan hidung mereka.
"Semalam hujan, ya, Kak. Tanah becek di sana-sini," mulut mungil Jasmine meracau. Mengalahkan kicauan anak burung. Grace tidak menyahut. Ia hanya mempererat pegangan agar sang adik tidak terpeleset jatuh.