"Oh, tentu, Tuan. Dengan senang hati...." Miss. Violet berdiri. Ia berjalan menuju lemari pendingin yang terletak di sudut ruangan. Diambilnya dua gelas air mineral. Satu untuk tamunya dan satu lagi untuk dirinya sendiri.
"Terima kasih, Miss. Saya akan melanjutkan cerita saya," pria kurus itu menyeruput minumnya.
"Silakan."
"Kereta berguncang saat saya berjalan menuju toliet. Suasana masih sepi. Tak satu pun penumpang yang bersuara. Sementara saya sudah tidak kuat menahan keinginan untuk buang air kecil. Setengah berlari saya membuka handel pintu toilet. Pintu dalam keadaan terbuka sedikit. Saya dorong segera. Terasa ada yang mengganjal. Saya ulangi lagi mendorong pintunya, Miss. Dan, astaga! Sesosok mayat tergeletak di bawah pintu bersimbah darah."
"Mayat perempuan itu?" Miss. Violet mendekatkan wajahnya. Pria kurus itu menggeleng.
"Bukan. Mayat seorang laki-laki. Bertubuh tambun."
Miss. Violet menghela napas.
***
Seorang perempuan bertubuh kurus, berhijab, turun dari KRL dengan tenang. Dia melenggang tanpa memedulikan barang-barangnya yang tertinggal di dalam kereta. Kedua tangannya ia tangkupkan di dada. Satu tangan memegang sebilah pisau yang berlumuran darah.
Esoknya pria kurus berjaket kulit datang menemui Miss. Violet, seorang detektif swasta yang masih muda dan cantik.
"Jadi apa yang bisa saya bantu?" Miss. Violet tersenyum begitu tamunya usai bercerita.