Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Coda

29 September 2016   10:30 Diperbarui: 20 Oktober 2021   15:36 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mainkan lagi! Sekali lagi!"

Suara keras itu membangunkan tidurku. Memaksa aku untuk turun dari pembaringan dan berjalan terhuyung menuju ruang bawah.

Lukas tengah mengapit biola dengan lehernya. Matanya berkilat saat melihatku.

"Masuk kembali ke kamarmu, Viona!" bentakan itu membuat langkahku terhenti. Ron memandangku dengan tatap yang menghunjam.

Aku tak berani menentangnya. 

Sebelum berbalik badan aku sempatkan melambaikan tangan ke arah Lukas. Mencoba memberinya semangat.

Ia membalas lambaian tanganku dengan anggukkan kecil.

Musik mulai dimainkan lagi. Temponya pelan, mengalun lembut mengiringi langkahku menapaki anak tangga menuju kamar. Pada tangga terakhir tiba-tiba alunan terhenti. Menggantung. Tak ada coda. 

Telingaku tidak saja menangkap umpatan-umpatan kotor dari mulut Ron, tapi juga isakan tertahan dari bibir mungil Lukas, anak semata wayangku.

***

Hari hampir pagi ketika Lukas meletakkan biola ke dalam kotak berukir. Ia nyaris tidak tidur semalaman.

"Mom, aku lelah. Daddy  terus saja memaksaku untuk menemukan coda lagu itu." Ia mengeluh. Aku menghampirinya. Mengelus rambutnya yang ikal berulang-ulang.

"Ron ingin menjadikanmu yang terbaik, Lukas. Sainganmu dalam festival itu sangat berat." Aku mencoba menenangkannya. Lukas memejamkan mata. Kudaratkan satu ciuman di pipinya yang cubby.

"Jangan terlalu memanjakan dia, Viona. Lukas sudah belasan tahun," Ron mengagetkan kami. Ia berdiri di ambang pintu. Mengawasi kami dengan pandangan angkuh.

"Kuharap kamu juga tidak terlalu menekan dia, Ron," aku memberanikan diri menyela.

"Yang kulakukan itu demi kebaikan Lukas, Viona."

"Apa bukan demi ambisimu?" aku menyerangnya. Seketika wajah Ron memerah.

"Lukas baru belajar menerimamu sebagai ayahnya. Jadi jangan sia-siakan kesempatan itu, Tuan Ron yang mulia," aku menatapnya tajam.

Laki-laki mantan pengajar musik yang beberapa bulan lalu menikahiku itu, mencengkeram rahangnya kuat-kuat.

***

Festival musik akan digelar satu hari lagi. Ron semakin keras menggembleng Lukas. Sebenarnya sebagai ibu aku tidak tega melihat perlakuan ekstrim Ron terhadap bocah kesayanganku itu. Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa. Ron sangat dominan dalam memimpin keluarga. Segala perintah dan keinginannya harus dipenuhi. 

Dari lantai atas aku bisa mendengar biola yang digesek oleh Lukas. Mendayu-dayu. Dan, lagi-lagi permainan itu terhenti secara mendadak. Menggantung. Tanpa coda sebagai klimaksnya.  

Lukas terpaksa mengulanginya lagi dari awal disertai bentakan dan umpatan. Kata 'dungu', 'bodoh' dan 'keledai' berhamburan. 

Menurutku Ron telah bertindak sangat tidak manusiawi.

Aku tahu Lukas sedang menahan tangis.

Ah, semoga ia bisa bertahan. Dan semoga pula coda lagu segera ditemukan.

Baru saja hendak memejamkan mata, tiba-tiba telingaku menangkap alunan musik yang mengagetkan. Allegrissimo. Menghentak-hentak. 

Aku mengernyitkan alis. 

Lagu yang biasanya lembut mendayu, mengapa dimainkan seperti itu? Seperti luapan amarah yang menggebu-gebu. Anehnya juga, lagu itu berakhir dengan apik dan sempurna. 

Oh, Lukas telah mendapatkan coda-nya!

Aku ingin segera turun ke bawah untuk memeluk dan mengucapkan selamat kepada anakku.

"Mom, aku lega telah berhasil menyelesaikan lagu itu." Lukas berjalan menyongsongku.

"Selamat, Lukas....Mom bangga padamu." Aku memeluknya. Erat.

"Pada festival musik besok aku ingin Mom hadir dan duduk di kursi undangan paling depan," Lukas mencium pipiku. Kedua matanya berbinar.

"Tapi tiket undangan hanya untuk satu orang, Lukas. Itu jatah buat Ron."

Lukas mendekatkan wajahnya, membisikiku.

"Mom, laki-laki kejam tak berperasaan itu tak akan pernah hadir di sana. Karena...aku baru saja membunuhnya."

***

Malang, 29 September 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Coda                    = klimaks atau penyelesaian sebuah lagu

*Aleggrissimo       = tempo lagu yang dimainkan lebih cepat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun