"Oh, tidak ada apa-apa..." Lusia tersipu. Kurir pizza itu mengangkat bahu. Lalu pergi dengan wajah penuh tanda tanya.
Sepeninggal pemuda kurir itu Lusia menggerutu.
Kedua telinganya masih lengkap. Lalu telinga siapa yang berada di dalam kardus tadi?Â
***
"Kamu yakin akan membuka kardus itu?" Desi menatap Lusia. Ragu.
"Tentu saja! Â Yang ini benar-benar wangi aroma pizza!" Lusia mendekatkan hidungnya. Mengendus-endus kardus putih di tangannya. Kedua sahabatnya menjauh tak bereaksi.
"Hei, kalian berdua, sini!" Lusia berseru.Â
"Kalian tahu apa isi kardus ini?" Lusia menimang-nimang kardus di tangannya. Mendengar itu Desi dan Erna tergoda. Mereka bermaksud mendekati Lusia.
"Wow...lima potong daun telinga, kawan! Masih segar! Satu  yang ini adalah milikku. Aku mengenalnya!" Lusia menjereng satu buah cuping telinga sambil tertawa.
Seketika Desi dan Erna urung melanjutkan langkah.
"Dan dua pasang lagi, kukira adalah milik..." Lusia berbalik badan. Menatap kedua sahabatnya dengan senyum menyeringai.