"Seorang odalisques yang telah mengajarimu?"Â
Aku mengangguk.
"Dia seniormu?"
"Tuan berminat mengetahuinya? Baiklah. Tuan masih bisa mengingat peristiwa tujuh belas tahun yang lalu? Di pemandian ini, apa yang pernah Tuan lakukan pada seorang perempuan odalisques bernama Fatimah yang hamil karena melayani Tuan?"
Seketika wajah Sultan memerah. Serupa udang rebus. Kedua matanya menyala. Aku tersenyum.
"Rupanya Anda tidak akan pernah bisa melupakan dia, Tuan."
"Kau mengenal Fatimah?"
"Oh, tentu saja aku mengenalnya. Sangat mengenalnya."
"Apakah ia masih hidup?"
"Itu tidak penting, Tuan. Yang paling penting sekarang adalah, saya telah berhasil masuk ke dalam Harem ini dan bertemu dengan Tuan." Aku memegang kedua lengannya.Â
"Hhh...apa yang kamu lakukan?" suara Sultan terdengar bergetar. Tak kuhiraukan. Kepala Sultan sudah terlanjur kubenamkan ke dalam air berulang-ulang hingga ia tak bisa bernapas lagi.