"Hmm, siapa namamu?"Â
"Azizah Tuan, budak Anda yang baru."
"Kamu sudah mendapat pelatihan?"
Aku mengangguk.
"Bagus. Berarti kamu sudah paham apa yang harus kamu lakukan jika aku berada di Harem ini."
Lagi-lagi aku mengangguk.
Sultan tersenyum puas. Ia mengelus jenggot panjangnya sejenak. Kemudian secara tiba-tiba ia berdiri dan meraih tubuhku ke dalam pelukannya.
"Tuan, bisakah Anda bersabar sedikit?" aku mulai berani menegurnya. Sultan mengendurkan pelukannya.
"Aku menginginkanmu," ujarnya dengan napas terengah.
"Saya masih ingin memanjakanmu, Tuan," ujarku seraya tersenyum nakal. Wajah Sultan seketika berubah. Pipinya yang keriput memerah seperti tomat.Â
"Kau budak paling berani yang pernah kutemui," diraihnya kembali tubuhku. Aku menepis tangannya secara perlahan.