"Tapi aku tetap berpikir mereka itu gila. Sama sepertimu. Bukankah kamu terkadang suka bicara sendiri dengan tulisanmu? Kamu menganggap setiap huruf itu hidup dan bernyawa."
Mendengar ucapannya aku tertawa.
"Oh, ya, Para penyair gila itu, juga kerap menulis tentang aku," ia melanjutkan kalimatnya seraya mengerjapkan mata.
"Tentang kamu?" aku mengernyitkan alis.
"Ya, tentang aku. Gadis pengetuk pintu yang kesepian."
"Hmm, kamu tidak kesepian lagi sekarang. Kan ada aku," aku menggodanya. Gadis itu tersenyum. Lalu merebahkan kepalanya pada sandaran kursi.
Aku beranjak dari dudukku. Menghampirinya. Tapi sejenak langkahku terhenti. Ia mengatupkan bibir dan kedua matanya. Berangkat tidur.
***
Sebenarnya siapa dia? Mengapa suka sekali datang menemuiku pada tengah malam? Baiklah, aku akan menceritakannya padamu.
Suatu malam saat udara gerah, kutinggalkan kertas-kertas coretanku yang berserak di atas meja. Aku keluar rumah untuk mencari udara segar. Kebetulan langit sedang cerah. Rembulan dan bintang tampak asyik bercengkarama entah sedang membicarakan apa.
Kakiku menapaki jalanan sepi.