"Sebaiknya terima saja tawaran mereka," ujar Dokter Ana seraya menyodorkan teh panas ke hadapan Dokter Marwan.
"Melakukan barter, maksudmu?"
Dokter Ana mengangguk. Ia baru saja menerima pesan dari Bramono untuk melakukan rencananya.
"Kurasa itu bertentangan dengan hati nuraniku. Pasien perempuan itu juga memiliki hak untuk tetap hidup," Dokter Marwan tampak bingung.
"Kita tidak benar-benar melakukan barter, Dokter. Ini hanya siasat saja."
"Maksudmu?"
"Kita akan mengecoh para penjahat itu...."
***
Pagi telah datang. Udara masih terasa dingin. Matahari tak mampu menembus rerimbunan hutan cemara. Galuh hampir semalaman tidak tidur. Gadis itu lebih mengkhawatirkan keadaan ibu angkatnya.
Seorang pria masuk ke dalam bilik mereka. Membawa nampan berisi dua cangkir kopi panas dan sepiring pisang rebus.
"Hari ini kalian mesti belajar mengenal makanan kami. Tempat ini jauh dari perkotaan. Jadi kami makan seadanya." Pria itu berkata tanpa menoleh. Galuh menyentuh pundak ibu angkatnya.