"Aku mengkhawatirkan keselamatan Fatima," ucap Nenek dengan suara bergetar. Perlahan ia berdiri. Lalu berjalan tertatih menuju ke kamar Cinta.Â
Saat membuka pintu kamar, kudengar Nenek menjerit tertahan. Terburu aku menghampirinya.
"Ada apa, Nek?" tanyaku was-was.
Nenek tidak menyahut. Jemarinya mendorong pintu lebar-lebar.
Aku melongokkan wajah. Kamar itu kosong. Tak kulihat Cinta di dalamnya.
Mataku tertuju pada jendela kamar yang terbuka.
Gadis itu telah kabur!Â
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!