"Ayahku tidak berada di barisan depan. Ayah bertugas menjaga keamanan wilayah kerajaan Panjalu."
"Syukurlah. Kukira ayahmu ikut membunuh kedua orang tuaku."
"Sudah kubilang ayahku berhati lembut. Membunuh seekor nyamuk pun, ia belum pernah."
"Oh, ya, ngomong-ngomong, perutku sudah lapar. Apakah kamu memiliki persediaan makanan?" Galuh menatap Panji tersipu.
Panji menengok kanan kiri. Lalu pandangannya tertumbuk pada sekelompok hewan yang tengah berkejaran di padang rumput.
"Kamu suka kelinci bakar?" Panji megalihkan pandangannya ke arah Galuh.
"Wah...suka sekali!"
"Kalau begitu, bantu aku menangkap mereka!" Panji pun berlari mengejar hewan-hewan lucu itu diikuti oleh Galuh.
"Dapat! Aku dapat satu!" Panji berseru girang. Pemuda itu membopong seekor kelinci gemuk berbulu putih. Kelinci itu tampak kegelian. Ia menggeliat-geliat tak mau diam.
"Aduh...lucu sekali. Sini biar aku gendong!' Galuh merebut kelinci gemuk itu dari tangan Panji.
"Jangan dibakar, ah. Aku nggak tega. Ia mahluk mungil yang sangat lucu. Lihat! Matanya tak henti berkejap-kejap!" Galuh sibuk mengelus-elus hewan berbulu itu dengan mata berbinar dan senyum sumringah.