Ketiga penulis memutuskan untuk turun kembali ke lantai bawah. Waktu hampir mendekati pukul sepuluh. Mereka menuju ruang tamu yang lampunya masih dibiarkan menyala.
"Mana perempuan tua itu? Aku ingin menginterogasi dia. Pasti dia tahu banyak mengenai Mr. Bob yang konyol itu," mata Bayu mencari-cari.
"Kurasa dia seperti kita. Tidak tahu apa-apa," Riri menimpali.
"Bagaimana dengan laki-laki tua yang mengaku sebagai penjaga rumah ini? Jangan-jangan dialah dalangnya," Bayu melempar pandangannya ke luar jendela.
"Perlu pembuktian dulu. Kita tidak bisa asal tuduh," lagi-lagi Riri menyanggah.
"Apakah kalian menerima tantangan Tuan Flamboyan itu?" Glen membetulkan ikatan rambutnya.
"Tantangan menulis, maksudmu?" Riri menegaskan. Glen mengangguk.
"Aku tidak akan menuruti permintaan orang tidak waras," Bayu mendengus.
"Kamu tidak bisa menolak, Sobat. Ingat kata-kata terakhir Tuan misterius itu. Kalian tidak bisa mengundurkan diri. Kecuali jika kalian ingin celaka," Riri mengingatkan.
"Hh, mengapa kita mesti menanggapi ancaman konyol seseorang yang tidak kita kenal? Coba kalau dia berani bertemu muka denganku. Akan kutonjok dia!" Bayu meraih tas pinggangnya yang tergeletak di atas meja.
"Hei, mau kemana, Bung?" Glen menatap Bayu sedikit was-was.