Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Geger Negeri Angan

7 Januari 2016   06:44 Diperbarui: 7 Januari 2016   07:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mau melakukan hal yang sama lagi, Sum?" Patih Gasa menatap tajam.

"Eh, anu, pasti Selasih sangat haus setelah menari," Emban Sumi berkata terbata-bata. Patih Gasa tersenyum tipis. Tangan kekarnya meraih gelas minuman dari tangan wanita tua itu. Lalu tanpa babibu lagi ia mendongakkan wajah Emban Sumi.

"A-pa yang kamu lakukan...?" Emban Sumi memekik.

"Minum air ini!" Patih Gasa menghardik. Emban Sumi sangat terkejut. Dan rasa terkejutnya kian menjadi manakala minuman dalam gelas itu tahu-tahu sudah masuk ke dalam tenggorokannya. Sesaat wajah wanita itu berubah. Dari memucat menjadi panik.

"Kenapa, Sum? Kenapa kamu ketakutan setelah minum air ini?" Patih Gasa tersenyum sinis. Ia membuang gelas di tangannya begitu saja. Sementara Emban Sumi memegangi lehernya yang terasa panas dan mengejang. Ia mengerang. Wajahnya berubah mengerikan dengan mata melotot menahan rasa sakit yang teramat sangat.

"Hal ini sudah pernah kamu lakukan, bukan? Demi junjunganmu Dewi Nara, kamu meracuni permaisuri yang asli. Tapi kali ini aku tidak akan tinggal diam, Sum. Tak akan kubiarkan kamu membunuh Selasih," Patih Gasa menyipitkan matanya. Emban Sumi tidak mampu lagi menyahut. Ia menggelosoh jatuh ke lantai. Sejenak tubuh tuanya menggelojot. Lalu berhenti. Kaku.

Selasih menyaksikan semua kejadian itu dengan tubuh gemetar. Ia sangat ketakutan. Tanpa sadar ia berteriak sekeras-kerasnya.

"Selasih?" seseorang menyentuh pundaknya. Selasih mengucek kedua matanya.

"Ben, aku tertidur ya?" Selasih menatap Beni malu-malu.

"Itulah, kamu juga sih memaksakan diri lembur sampai larut malam," Beni merapikan meja yang berantakan.

"Gegara dikejar deadline, nih. Mana tulisanku harus rampung hari ini juga...." Selasih meluruskan pundaknya yang terasa kaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun