Mohon tunggu...
IDRIS ELRUMI
IDRIS ELRUMI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PENDIDIK

Belajar mengembangkan literasi dan menyalurkan hobi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Guru: Meskipun di Dunia Tak Mencukupi namun Berkah di Akhirat Menanti

14 Januari 2018   12:12 Diperbarui: 14 Januari 2018   12:42 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.wartakota.tribunnews.com

Pak Maman adalah guru senior dikampungku, ia sudah lama mengabdikan dirinya menjadi tenaga pendidik. Hampir 25 Tahun ia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan.

Pak Maman adalah sosok guru yang cerdas, ulet, tekun dan rajin. Tentunya beliau menjadi tauladan kami sebagai guru junior atau guru muda. Meskipun usianya tak muda lagi, beliau selalu bersemangat dalam mendidik anak-anak.

Usianya memang tak muda lagi, namun semangatnya patut diacungkan jempol. Pengabdianya didunia pendidikan hanya tinggal 4 Tahun lagi, tetapi bagi Pak Maman itu adalah arti sebuah pengabdian. Ia tak mengenal berapa gaji guru yang diterimanya. Meskipun kebutuhan hidupnya semakin banyak, namun gaji menjadi seorang guru PNS sudah mencukupi untuk kebutuhan istri dan kelima anaknya.

Pak Maman adalah sosok yang berhasil dalam mendidik anak-anak disekolah terlebih dirumah. Sangat luar biasa, keempat anaknya itu mengenyam pendidikan rata-rata sarjana. Dan anak yang bungsu baru duduk dibangku sekolah dasar.

Seperti biasa, Pak Maman sudah datang lebih awal dibandingkan guru lainnya. Beliau datang setiap harinya jam 06.00 pagi.

Setibaku pukul 06.30 disekolah.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam wr.wb" jawab Pak Maman dengan lantangnya.

"Masuk Pak"

"Wah, luar biasa Bapak selalu datang lebih awal dibandingkan saya yang muda".

"Bapak juga kan masih muda, jadi masih semangat" jawab Pak Maman tersenyum sambil menikmati secangkir hangat yang diseduhnya.

"Sini pak duduk"suara pak maman menyeruku.

"Ia Pak, makasih". Jawabku.

"Bapak ini masih muda, gagah, bahkan dilihatnya masih semangat, tidak seperti saya yang tua ini". Pak Maman mulai mengajaku berguarau.

"Bapak bisa saja" jawabku sambil tersenyum.

"Pak, kita itu pendidik. Jangan harapkan imbalan apapun, bekerja yang ikhlas. Insya Allah, Tuhan kasih kita kehidupan yang baik, dunia ataupun akhirat. Dunia tak mencukupi akhirat pasti terpenuhi ".

"Ia pak" jawabku.

Perbincangan semakin seru diberangi dengan gurauan Pak Maman yang kurasa sangat mendidik dan menjadi motivasi untukku.

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 07.00, tandanya proses belajar mengajar segera dimulai. Dan ku mengakhiri perbincanganku dengan Pa Maman.

"Pak, sudah jam 07.00. Saya mau masuk dulu". Sapaku kepada Pak Maman.

"Ia silahkan Pak, saya juga mau masuk" jawab Pak Maman.

Memang benar Pak Maman adalah sosok yang inspiratif dimataku, beliau pagi ini telah memberikanku wejangan yang berharga tentang hidup.

Teenggg...tengg....tenggg

Lonceng berbunyi pukul 10.00, menandakan waktu istirahat. Aku keluar dari kelas, kebetulan kelasku denga kelas Pak Maman berdekatan. 

Rupanya Pak Maman masih berada diruang kelas. Ia masih semangat menyampaikan materi pelajarannya.

Aku lebih dulu tiba diruang guru lebih dahulu dengan teman-teman guru yang lain namun Pak Maman masih dikelasnya.

Selang 15 menit kemudian, Pak Maman pun masuk keruang guru yang ramai dengan perbincangan teman-teman lainnya.

"Wah....lagi seru rupanya rupanya ngobrolnya". Ujar Pak Maman

"Iya Pak...." serentak teman-teman guru lain menjawab.

Kami pun selalu mendapat momen terbaik ketika bersama Pak Maman. Meskipun beliau guru senior disekolahku, ia tidak membatasi pergaulannya dengan siapapun. Ia selalu bertukar pikiran dengan kami guru muda.

"Kaliankan guru-guru masih pada muda-muda nih....saya bukan menasehati atau mengajarkan. Mendidik anak itu harus penuh cinta, ikhlas dan sabar, jangan kita harapkan imbalan apapun" ujar Pak Maman dengan lugasnya.

Tak terasa setengah jam kami berbincang-bincang lamanya, percakapan kami sudah ngalor ngidul.

Tengg....tengg....tengg

Jam 10.00 lonceng berbunyi, tanda istirahat telah usai dan aktifitas belajar mengajar kembali dimulai.

"Ayo....kita masuk" Pak Maman mengajak kami semua sambil mengambil sebatang kapur tulis.

"Yuk....Pak" serentak kami menjawab. Kami pun masuk ke masing-masing kelas, sambil menunggu pukul 12.00 usai pelajaran.

Dua jam kemudian:

Tenngg....tenng....teng

Lonceng berbunyi kembali yang ketiga kalinya, pelajaran pun telah usai waktunya pulang. Sambil membawa tas kami pun bergegas pulang.

"Benar apa yang dikatakan Pak Maman, menjadi guru itu jangan mengharapkan balasan. Meski dunia tak terpenuhi insya Allah akhirat terpenuhi" gumamku didalam hati.

Guru adalah pekerjaan atau profesi yang mulia, gaji guru memang kecil namun berkah dunia akhirat. Itu telah kurasakan sampai saat ini. Pak Maman yang hidup sederhana bisa mendidik anak-anaknya sampai keperguruan tinggi. Kurasa beliau guru sekaligus ayah yang hebat.

Aku pun bersyukur Tuhan selalu berikanku dan keluargaku kesehatan. Itu sudah cukup bagiku. Mudah-mudahan yang pekerjaan atau berprofesi menjadi guru selalu konsisten, sabar, ikhlas dalam mendidik generasi bangsa ini. Dan mampu mencetak anak bangsa yang berkarakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun