Mohon tunggu...
Sukma
Sukma Mohon Tunggu... Freelancer - Membaca dan menulis akan membuka pikiran

Awali dengan mimpi, mulailah dengan tindakan, iringi dengan doa dan keyakinan, nikmati segala prosesnya, syukuri segala hasilnya,

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tantangan Berat Nadiem Makarim dalam Membangun Pendidikan Nasional

21 November 2019   05:45 Diperbarui: 21 November 2019   23:25 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program for International Student Assessment (PISA) mencatat tahun 2015 tingkat literasi baca kita di Indonesia berada pada urutan ke 62 dari 70 Negara yang di survey. Posisi tersebut cukup rendah bagi Negara sebesar Indonesia.

Potret akses pendidikan kita yang tertinggal terlihat jelas di daerah pedalaman. Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, kita dapat mengakses kualitas pendidikan yang baik, bahkan kita bisa memilih di sekolah mana kita akan memberikan pendidikan untuk anak-anak kita, kita bisa membandingkan kualitas antar sekolah untuk memilih fasilitas dan kualitas pendidikan terbaik, tapi kondisi berbeda 1800 ada di daerah pelosok dan pedalaman. 

Jangankan memilih sekolah dengan fasilitas dan kualitas pendidikan terbaik, ada satu sekolah saja di sana itu sudah patut di syukuri. Dengan segala keterbatasannya, ada yang kondisi sekolah sangat tidak layak tapi masih digunakan untuk belajar, ada ruang kelas yang terbatas, sehingga satu ruang kelas digunakan untuk beberapa kelas secara bergantian.

Di Provinsi Sumatera barat ini, kita bisa melihat kondisi pendidikan di salah satu daerah pedalaman di Kabupaten Solok, tepatnya di Jorong Sariak Laweh, Nagari Tanjung balik Sumiso. Terletak di tengah kawasan hutan lindung, akses jalan kesana sangat tidak layak dilalui, apalagi jika sudah memasuki musim hujan, jalan bahkan tidak bisa dilalui sama sekali. 

Dengan kondisi yang demikian bagaimana kita bisa membangun pendidikan yang berkualitas. Guru yang mengajar berjumlah terbatas, sehingga pembelajaran dilakukan secara bergantian, jika satu kelas tengah belajar, maka kelas lain harus menunggu waktu untuk belajar dengan guru yang sama. 

Padahal pada saat yang sama banyak guru di kota yang kekurangan jam mengajar, belum lagi status guru yang honorer dengan gaji yang tidak seberapa, biaya untuk kesana saja belum tentu mampu ditutupi oleh gaji honor tersebut. Memiliki pendidikan yang berkualitas layaknya seperti Kota Padang saja seolah menjadi mimpi disana. 

Potret wilayah timur dan perbatasan lebih buruk lagi, ada sekolah yang dengan satu ruang kelas saja untuk belajar beberapa kelas, ada juga sekolah yang terbuka dan tidak memiliki dinding sama sekali, ada sekolah yang tidak memiliki guru sama sekali, atau satu guru yang harus mengajar banyak kelas tanpa di gaji atau juga kondisi anak seumuran siswa SMA baru menyeleseikan pendidikan SD. 

Akses untuk mendapat pendidikan yang layak saja begitu sulit di daerah pedalaman, bagaimana kita bisa mengejar status Negara maju dengan pendidikan yang masih sangat senjang antar daerah.

Tantangan Nadiem lainnya adalah peningkatan kompetensi guru. Kualitas guru masih menjadi masalah saat ini, hasil uji kompetensi guru (UKG) secara nasional mendapat nilai rata-rata 53 dari nilai 100. 

Kondisi di wilayah kota tentu lebih baik dari pedalaman, kebanyakan wilayah pedalaman dan pelosok negeri dilayani oleh para guru honorer dengan gaji yang tak seberapa dan latar belakang pendidikan yang terbatas, sedangkan guru-guru yang berkualitas lebih memilih mengajar di kota setelah berstatus ASN, akses kehidupan yang masih tertinggal di wilayah pedalaman membuat para guru lebih memilih mengajar di kota.

Jika kita melihat guru yang mengabdi di pedalaman, itulah guru-guru luar biasa yang tulus mengabdi untuk negeri dengan segala keterbatasan untuk bertahan hidup. Para guru tersebut mengajar dengan tantangan tingkat buta huruf yang tinggi dan kesadaran tentang pentingnya untuk sekolah yang masih rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun