Kembali pada soal malam Jumat yang dianggap sebagai malam menyeramkan, boleh jadi tahayul.Â
Tapi faktanya memang kebanyakan masyarakat seolah sudah menandatangani kontrak tak tertulis untuk sama-sama sepakat bahwa malam Jumat apalagi malam jumat kliwon merupakan watunya arwah penasaran atau segala macam hantu gentayangan. Wallahuallam Bi Shawab. Boleh percaya, boleh tidak.
Masalahnya munculnya malam Jumat sebagai malam yang dianggap malam penuh aura mistis dan menyeramkan tentu saja bukan tanpa dasar.
Melainkan ada mungkin fakta-fakta yang bisa diukur dengan pikiran logis atau setidaknya pernah terjadi peristiwa menyeramkan di tempo dulu yang kebetulan terjadi di malam Jumat.
Tapi satu hal yang pasti, sewaktu penulis masih tinggal bersama nenek saat duduk di bangku sekolah dasar, di rumah ada goah atau ruangan khusus berukuran kecil sebagai tempat menyimpan sesajen lengkap dengan kemenyan yang dibakar. Sesajen itu selalu disajikan tiap malam Jumat.
Kata nenek waktu itu, sesajen tersebut sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada karuhun-karuhun yang sudah lama meninggal.
Dasar waktu itu penulis belum mengerti apa-apa. Apa yang dikatakan nenek hanya bisa mengamini.Â
Sekarang baru sadar bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang tidak baik dipandang dari segi agama penulis sendiri, Islam.
Konon katanya, malam Jumat terutama malam Jumat kliwon juga dikeramatkan oleh masyarakat jawa sejal dulu. Dan suka melakukan ritual-ritual tertentu.
Lalu apa sebenarnya yang terjadi sehingga malam Jumat begitu dikeramatkan dan dianggap sebagai malam penuh aura mistis dan menyeramkan?
Konon katanya serta menurut beberapa sumber, hal ini didasari oleh tradisi masyarakat jawa kuno yang kerap berpuasa selama 40 hari dan puncak puasanya bertepatan dengan malam Jumat kliwon.