Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saga Panas Pilwakot Solo, Gibran Kembali "Panas Dingin"

9 Juni 2020   14:16 Diperbarui: 9 Juni 2020   14:15 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEMILIHAN Kepada Daerah (Pilkada) jika tidak ada perubahan jadwal rencananya akan diselenggarakan pada penghujung tahun ini.

Sejatinya, Pilkada yang akan digelar secara serentak ini dijadwalkan pada bulan September 2020, namun karena terjadi pandemi virus corona atau covid-19, terpaksa diundur hingga akhir tahun. Pilkada serentak ini sendiri akan di selenggarakan di 270 daerah meliputi Provinsi dan kabupaten/kota.

Dipastikan Pilkada kali ini akan lebih menarik karena kandidat-kandidat yang dicalonkan oleh partai masing-masing cukup bisa memberikan aroma persaingan yang cukup alot. Namun, yang paling menyedot perhatian dari semua itu adalah Pemilihan Walikota Solo.

Bisa difahami jika pemilihan orang nomor satu di Kota Batik itu mendapat perhatian lebih dari publik termasuk para pengamat politik. Soalnya ada nama Gibran Rakabuming Raka yang akan meramaikan kontestasi pemilihan pimpinan daerah dimaksud.

Tentu Gibran menjadi bahan sorotan mengingat dirinya merupakan putra dari Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

Banyak spekulasi yang berkembang saat Gibran memutuskan maju pada Pilwakot Solo. Diantaranya merupakan cara Jokowi untuk membentuk dinasti politik. Namun begitu, seiring perjalanan waktu spekulasi tersebut menguap dengan sendirinya.

Apakah sebagai anak Presiden, Gibran akan melenggang mulus menuju tahta Solo satu? Sesungguhnya ini yang akhirnya menjadi saga politiknya.

Persaingan sengit Gibran pada Pilwakot Solo, bukan datang dari calon lawannya kelak di Pilwakot, melainkan justru datang dari internal partai pengusung yaitu PDI Perjuangan (PDIP).

Pasalnya, selain Gibran, ada tokoh lain dari partai berlambang banteng gemuk moncong putih ini yang juga akan ikut meramaikan persaingan Pilwakot Solo. Dia adalah Ahmad Purnomo.

Ditilik dari kafasitas, kematangan dan pengalaman politik, Purnomo pasti jauh mengungguli Gibran.

Selain sudah lama malang melintang di partai politik bersama PDIP, Purnomo juga merupakan petahana. Dia dua kali berturut-turut menjabat sebagai Wakil Walikota Solo mendampingi FX Rudy.

Sementara Gibran hanyalah pendatang baru di ranah politik dengan tanpa pengalaman apapun. Menjadi kader PDIP pun masih bisa dihitung dengan hitungan bulan.

Adapun hal yang bisa menjadi keunggulan Gibran untuk menyaingi senioritas Purnomo hanyalah statusnya sebagai putra presiden yang diduga kuat akan "memberikan kemewahan" pada Gibran untuk dijadikan oleh dirinya dalam meyakinkan calon pemilih.

Hal lain yang mungkin bisa dijadikan andalan Gibran adalah statusnya sebagai "Rising Start". Posisi ini dimungkinkan akan mampu menggiring para pemilih pemula serta generasi milenial untuk memilihnya.

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh kedua kandidat ini terang saja menjadi saga panas bagi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP dalam menentukan pilihannya guna diberi rekomendasi.

Boleh jadi karena faktor ini pula, saat DPP PDIP mengumumkan para kandidat calon kepala daerah di wilayahnya masing-masing, nama yang akan diusung pada Pilwakot Solo masih di pending.

Gibran Sempat bernafas Lega
Di tengah panasnya persaingan antara Gibran dengan Purnomo dalam berebut rekomendasi dari DPP PDIP, tiba-tiba saja mengendur.

Pasalnya tanpa diduga, Ahmad Purnomo si pesaing kuat Gibran memutuskan untuk mundur dari pencalonan dengan dalih ingin berkonsentrasi pada tugasnya sebagai Wakil Walikota Solo dalam menangani pandemi covid-19.

Dan, keputusan mengejutkan dari Ahmad Purnomo ini tidak banyak mendapat rintangan berarti karena mendapat restu dari Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Kota Solo.

Sebagai catatan, meski bersaing di internal PDIP, tapi usungan yang diberikan terhadap keduanya berbeda. Ahmad Purnomo mutlak diusung dan dicalonkan langsung oleh DPC PDIP Kota Solo.

Sedangkan Gibran diusung oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah. Karena DPC PDIP Solo jelas-jelas telah menolaknya.

Nah, dengan mundurnya Ahmad Purnomo dari pencalonan, sudah bisa dipastikan bahwa peta persaingan internal partai sudah tamat. Hal ini membuat cita-cita Gibran berkuasa di Kota Solo lebih dekat jadi kenyataan.

Rekomendasi dari DPP sudah bisa dipastikan dalam genggaman dan Gibran tinggal konsentrasi pada persiapan jelang Pilkada saja.

Namun, baru juga bisa bernafas lega, Gibran kembali "panas dingin". Dia kembali harus berpikir keras dan jantungnya berdegup kencang. 

Sebab, DPC PDIP Solo yang awalnya sudah memberikan restu atas pengunduran diri Purnomo malah mencabut kembali restunya dimaksud. Dan kembali peta persaingan internal partai menjadi sengit.

Apa yang menjadi alasan DPC PDIP Solo menarik kembali restunya?

Ketua DPC PDIP Solo yang juga Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo menegaskan bahwa keputusan menolak pengunduran diri Purnomo bukanlah dari dirinya. 

Dia hanya menindaklanjuti keputusan rapat konsolidasi internal yang menginginkan Purnomo kembali melanjutkan proses pencalonan.

"Keputusan ini atas dasar rapat tanggal 6 Juni malam, diikuti DPC, PAC (Pengurus Anak Cabang), ranting. Saya hanya menyerahkan hasil rapat ke beliau," kata Rudy di Balai Kota Solo, Senin (8/6/2020). Dikutip dari detikcom.

Saat menyerahkan hasil konsolidasi tersebut kepada Purnomo, Rudy juga menjelaskan bahwa yang menginginkan Purnomo kembali adalah kader dari tingkat bawah.

"Wong aku wis mundur, mundur ya ora meh neng partai liyane kok isih digondheli (saya sudah mundur dan tidak akan pindah ke partai lain kok masih dipertahankan)," kata Rudy menirukan Purnomo.

Masih dikutip dari detikcom, Purnomo pun sebelumnya telah menyampaikan akan taat kepada partai. Pria yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Solo tersebut juga mengatakan siap menerima tugas partai tersebut dengan semangat.

"Karena kader partai, saya tidak bisa menolak. Saya harus terima dengan semangat karena saya kader dan petugas partai," kata Purnomo, Minggu (7/6).

Gibran Gagal Nyalon?
Dalam politik menjadi hal lumrah bahwa setiap keputusan tidak pernah bisa dipegang omongannya. Ibarat kata, bicara A pagi hari, maka akan menjadi B di siang hari dan bahkan sore atau malamnya berubah lagi.

Pun dengan sikap yang diperlihatkan oleh DPC PDIP Solo yang awalnya mendukung pemunduran diri Purnomo tapi tak lama kemudian menolaknya.

Dengan demikian timbul pertanyaan, siapa yang kira-kira menjadi pilihan PDIP?

Penulis menduga, bahwa penolakan ujug-ujug dari DPC PDIP Solo bukan tanpa sebab. Dalam hal ini, sebelumnya ada pembicaraan atau diskusi yang boleh jadi dibangun dengan pimpinan pusat.

Jika itu benar terjadi, secara tidak langsung menjelaskan bahwa Achmad Purnomolah yang akan dicalonkan sebagai Wali Kota Solo.

Dengan sendirinya jika pilihan akhirnya jatuh terhadap Purnomo, maka otomatis pencalonan Gibran dari PDIP gagal.

Kalaupun dia keukeuh ingin mencalonkan diri jadi Walikota Solo tentunya harus banting setir dan mencari kendaraan politik lainnya.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya ada beberapa partai politik yang siap mengusung dirinya, seperti PKS, Golkar hingga Demokrat.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun