SALAH seorang kawan dekat saya, tadi pagi bertanya, tentang maksud pernyataan Presiden Jokowi bahwa rakyat Indonesia harus mulai berdamai dengan virus corona.
Saya bilang enteng dan sekenanya. "Kan, ceritanya kita lagi perang nih lawan corona! Jadi, tak salah dong, kalau mengajaknya berdamai. Mungkin pemerintah udah cape, perang mulu."
Kawan saya, hanya melongo setengah ngangguk dengan terpaksa. Antara ngerti dan engga. Lah, wong saya juga jawab sekenanya.
Tapi, intinya begini. Saat Presiden Jokowi menyerukan kepada seluruh warga  negara Indonesia, agar bisa berdamai dengan virus corona atau covid-19. Saya memahaminya, bahwa pemerintah atau pakde Jokowi udah mulai cape atau habis akal untuk menaklukan lawan (virus corona).
Gimana engga habis akal? Jurus semi pamungkas yang dia punya, berupa Pembatasan sosial Berskala Besar (PSBB), belum atau tidak mampu berbuat banyak. Kasus positif covid-19 terus saja bertambah tiap harinya. Sementara anggaran makin terkuras. Dan, sektor ekonomi terancam lebih terpuruk.
Karena, sejak virus corona menginvasi Indonesia, awal maret 2020 lalu. Tak sedikit kegiatan usaha baik formil maupun non formil terpaksa berhenti. Ribuan buruh di-PHK, tukang ojek online dan sopir angkutan umum susah dapat penumpang, perusahaan mikro gulung tikar dan pedagang kecil pun harus kehilangan langganannya.
Bahkan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sempat mengatakan jika virus corona tak mampu ditaklukan hingga bulan September mendatang, skenario terberatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akan minus hingga 0,4 persen.
"Yang kita hadapi dalam melihat ekonomi kita di kuartal II dan kemungkinan berlanjut di kuartal III, sehingga masuk skenario sangat berat mungkin terjadi dari 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen," ujarnya saat rapat virtual dengan Komisi XI DPR, Rabu (6/5/2020). Dikutip Inews.id
Saya sebut PSBB adalah jurus semi pamungkas. Kenapa? Karena kalau mau masih ada jurus pamungkasnya. Yaitu, lockdown.
Hanya saja, saya kira mustahil dilakukan. Selain akan lebih memperparah dan melumpuhkan sektor ekonomi. Amunisi anggaran pemerintah untuk lockdown juga pastinya kelimpungan. Ya, pemerintah kudu bisa menjamin kebutuhan dasar warga negaranya. Tanpa kecuali, baik itu si miskin maupun si kaya.
Bagaimana ceritanya pemerintah sanggup memenuhi kebutuhan seluruh warga negaranya. Lah, wong disuruh membiayai hidup masyarakat yang benar-benar terdampak oleh wabah corona saja, hingga saat ini masih banyak yang tidak atau belum kebagian. Itupun masih harus "patungan" dengan pemerintah daerah.
Jadi, karena jumlah kasus positif akibat virus corona tetap saja bertambah dan sektor ekonomi makin terpuruk, membuat Pakde Jokowi berada di persimpangan jalan. Antara melindungi dan menyelamatkan warga negaranya dari ancaman wabah atau menyelamatkan ekonomi bangsa dan negara Indonesia.
Tentunya saja, saya paham kedua-duanya bagi Pakde Jokowi adalah masalah teramat penting. Rakyat iya, ekonomi juga kudu yess. Caranya?
Mulailah, pemerintah munculkan wacana relaksasi PSBB. Katanya rakyat tertekan dan jadi stress akibat adanya pembatasan tersebut. Lalu, yang teranyar adalah ajakan Pakde Jokowi agar kita selaku warga bisa berdamai dan berdamai dengan virus corona.
Maksudnya?
Disebut Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, bahwa ajakan damai dengan virus corona dimaksud adalah agar warga tak menyerah dengan Covid-19.
"Ya artinya jangan kita menyerah, hidup berdamai itu penyesuaian baru dalam kehidupan. Ke sananya yang disebut the new normal tatanan kehidupan baru," ucapnya kepada wartawan, Jumat (8/5/2020). Dikutip dari Kompas.com.
Bey juga bilang, virus corona tidak boleh menjadikan warga tak produktif. Justru warga tetap bisa produktif namun dengan penyesuaian baru dalam kehidupan.
"Bahwa Covid itu ada, dan kita terus berusaha agar covid segera hilang. Tapi kita tidak boleh menjadi tidak produktif, karena adanya Covid, menjadikan adanya penyesuaian dalam kehidupan," tuturnya.
Jika diterjemahkan dalam bahasa sederhananya, saya kira maksud berdamai dengan virus corona ini adalah silahkan warga masyarakat beraktivitas asal tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pertanyaannya kemudian, epektifkah cara damai ala Pakde Jokowi ini?
Tentu saja tergantung dari sudut pandang mana dinilainya. Jika dilihat dari aspek ekonomi, boleh jadi akan ada sedikit peningkatan atau setidaknya pertumbuhan ekonomi bangsa ini tak terjun bebas menuju minus.
Tapi, kalau dilihat dari sudut pandang keselamatan dan kesehatan, rasanya akan sulit ini bisa dimentahkan secepatnya.Â
Ya, kita lihat saja, dalam "cengkraman" PSBB saja, saya lihat grafik jumlah kasus yang selalu disampaikan Juru Bicara khusus penanganan virus corona terus meningkat tiap harinya. Bagaimana jika aktifitas warga mulai boleh dibebaskan. Tidakah akan lebih berbahaya?
Andai cara damai itu terjadi, saya kira buat apa Pakde Jokowi sibuk mengurusi tektek bengek dan membuat segala aturan jika ujung-ujungnya virus tetap saja tak mampu dihentikan penyebarannya.
Saya paham, Pakde Jokowi tidak ingin ekonomi bangsa terpuruk. Tapi, saya rasa dia juga lupa. Untuk apa ekonomi bisa diselamatkan, kalau rakyatnya pada penyakitan. Ujung-ujungnya kan tidak produktip juga.
Untuk itu, saya rasa lebih baik Pakde Jokowi bisa sedikit sabar menunggu puncak pandemi covid-19 ini menurun. Setelah itu, bolehlah jika ingin mengajak warganya berdamai atau melonggarkan aktifitas.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H