Hanya saja, saya kira mustahil dilakukan. Selain akan lebih memperparah dan melumpuhkan sektor ekonomi. Amunisi anggaran pemerintah untuk lockdown juga pastinya kelimpungan. Ya, pemerintah kudu bisa menjamin kebutuhan dasar warga negaranya. Tanpa kecuali, baik itu si miskin maupun si kaya.
Bagaimana ceritanya pemerintah sanggup memenuhi kebutuhan seluruh warga negaranya. Lah, wong disuruh membiayai hidup masyarakat yang benar-benar terdampak oleh wabah corona saja, hingga saat ini masih banyak yang tidak atau belum kebagian. Itupun masih harus "patungan" dengan pemerintah daerah.
Jadi, karena jumlah kasus positif akibat virus corona tetap saja bertambah dan sektor ekonomi makin terpuruk, membuat Pakde Jokowi berada di persimpangan jalan. Antara melindungi dan menyelamatkan warga negaranya dari ancaman wabah atau menyelamatkan ekonomi bangsa dan negara Indonesia.
Tentunya saja, saya paham kedua-duanya bagi Pakde Jokowi adalah masalah teramat penting. Rakyat iya, ekonomi juga kudu yess. Caranya?
Mulailah, pemerintah munculkan wacana relaksasi PSBB. Katanya rakyat tertekan dan jadi stress akibat adanya pembatasan tersebut. Lalu, yang teranyar adalah ajakan Pakde Jokowi agar kita selaku warga bisa berdamai dan berdamai dengan virus corona.
Maksudnya?
Disebut Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, bahwa ajakan damai dengan virus corona dimaksud adalah agar warga tak menyerah dengan Covid-19.
"Ya artinya jangan kita menyerah, hidup berdamai itu penyesuaian baru dalam kehidupan. Ke sananya yang disebut the new normal tatanan kehidupan baru," ucapnya kepada wartawan, Jumat (8/5/2020). Dikutip dari Kompas.com.
Bey juga bilang, virus corona tidak boleh menjadikan warga tak produktif. Justru warga tetap bisa produktif namun dengan penyesuaian baru dalam kehidupan.