Paras Sari yang awalnya berseri-seri mendadak murung. "Iya, mas. Padahal, banyak dokter dan orang pintar kita datangi. Tapi, nyatanya Gusti Allah masih belum mempercayai kita punya anak."
Untuk sejenak, pasangan suami istri ini saling berdiam diri, larut dalam kesedihan. Entah apa yang ada dalam benak masing-masing.
"Oh ya, mah. Bagaimana kalau kita pulang liburan ke kampung?" Surya coba membuka kembali percakapan.
"Kenapa harus ke kampung, mas?"
"Maksud mas, bagaimana kalau kita adopsi anak dari saudara kita di kampung? Itupun, kalau mamah setuju."
Sari agak meragu. Namun, akhirnya mengiyakan ide suaminya.
"Nah, gitu dong. Sekalian, mas juga ingin bertemu Firman, sahabat mas. Entah kenapa, Â dalam beberapa hari ini, ingat terus sama dia," Tutur Surya.
Mendadak wajah Sari memucat saat nama Firman disebut. Untung, Surya tidak menyadari perubahan raut muka istrinya itu.
***
Keesokan harinya, Surya dan Sari sudah berada di kampung halamannya. Seolah enggan membuang waktu, pasangan suami istri ini langsung menemui para saudaranya sekalian mencari informasi siapa yang rela anaknya dijadikan anak angkat.
Tapi, setelah beberapa saudaranya ditemui, tak ada seorangpun yang memberikan anaknya untuk diadopsi Surya dan Sari. Terang saja, hal tersebut membuat keduanya kecewa dan sedih.