"Hati-hati, nak..! Ibu takut, dia itu teroris yang sedang bersembunyi. Kan, sering ibu nonton di televisi, banyak teroris yang suka bersembunyi di desa terpencil."
"Oh, gitu ya bu."
"Ya, udah kalau gitu, ibu pergi dulu ya..!"
"Oh, ya silahkan bu..! Terimakasih atas informasinya," Sahut Andika.
Setelah kepergian perempuan tadi, Andika makin penasaran akan sosok si kakek. Dia putuskan, untuk menyelidikinya sendiri ke tempat si kakek. Entah, apa yang mendorong hatinya. Rasa ingin tahu keberadaan dan kehidupan si kakek begitu besar menghantui hati Andika.
***
Menjelang magrib, Andika sudah sampai di pinggir hutan. Tampak olehnya, gubuk tua, dengan kayu-kayunya yang sudah mulai lapuk, berdiri sendiri di tengah hutan. Tanpa ada bangunan apapun di dekatnya, kecuali pepohanan dan ilalang.Â
Andika perhatikan terus gubuk dari kejauhan. Tak nampak kehidupan sama sekali. Seperadukan teh kemudian, tiba-tiba dari dalam gubuk ada yang keluar. Andika terus perhatikan orang yang keluar itu. Rupanya si kakek yang dia temui tadi sore di jalan desa. Tampak oleh Andika, si kakek hanya duduk sendiri di bangku kecil depan gubuk. Pandangannya kosong seperti sedang melamun. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
Ada rasa bimbang dalam diri Andika, antara menemuinya atau tidak. Bagaimanapun, dia belum tahu betul, siapa adanya kakek itu. Namun, melihat tidak ada orang lain lagi selain si kakek sendiri, Andika putuskan untuk mendekat.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam," sahut si kakek. Tampak, wajahnya kaget, melihat kedatangan Andika.
"Ada apa ya, anak muda datang kemari?" Tanya si kakek, kebingungan.
"Tidak ada apa-apa kek.! Saya hanya ingin ngobrol-ngobrol saja. Sejujurnya, saya masih merasa penasaran dengan perlakuan anak-anak tadi ke kakek. Tapi, kakek sepertinya tidak merasa marah, bahkan kesal sedikitpun,"Tutur Andika, memberitahu maksud kedatangannya.