"Benarkah?" Tanya Eko pada Iqbal.
Iqbal hanya bisa menganggukan kepalanya. Tanda apa yang diceritakan Priambodo itu tidak salah.
"Ahhh...kau semakin membuatku merasa bersalah kawanku. Maafkan aku sekali lagi. Tak kusangka hatimu bak malaikat" Ucap Eko sambil bercucuran air mata. Lalu, kembali merangkul kawannya itu.
Sejurus kemudian, rangkulan keduanya lepas. Priambodo kembali buka suara dan mengajak Iqbal untuk ikut gabung dengannya.
"Anak muda kata anaku kau jago main gitar dan bersuara merdu. Ternyata tidak cuma itu. Kau juga pemuda baik hati. Jadi, aku putuskan untuk mengajakmu kerjasama. Aku ingin mengorbitkanmu menjadi pemusik terkenal. Kebetulan aku ini seorang produser" Terang Priambodo, sumringah.
Sontak kesempatan besar itu disambut antusias oleh Iqbal. Eko pun tak luput merasa bahagia, temannya mendapatkan tawaran dan kesempatan menjadi artis musik terkenal.
"Alhamdulillah Ya Allah. Terimakasih atas segala karuniamu" Ucap Iqbal sambil sujud sukur, disaksikan Eko dan priambodo dengan wajah berseri-seri.
Demikianlah sejak saat itu, Iqbal tidak lagi ngamen di jalanan. Hari-harinya disibukan di dapur rekaman. Sementara Eko yang sudah pulih dari sakitnya menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Sifat suka merendadkan orang, sombong dan pelit sudah tidak melekat lagi pada dirinya. Semua itu berkat kesabaran, ketulusan dan keikhlasan Iqbal dalam menjalin sebuah pertemanan.
Allah adalah zat yang mampu membolak balikan hati dengan gampangnya. Allah juga mampu membalas segala kebaikan umatnya kapan saja dan dengan cara yang tidak bisa di pikirkan akal sehat manusia. Percayalah, hati ikhlas dan tulus seperti yang telah dilakukan Iqbal pasti tak akan sia-sia. Pada saatnya akan diganjar setimpal olehNya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H