Keduanya meninggalkan halte, mencari makan terlebih dahulu. Usai mendapat asupan makanan, Iqbal mengantarkan pulang si nenek sampai tempat tujuan. Pemuda ini ikhlas melakukan perbuatan itu tanpa pamrih apapun. Meski sebenarnya, dia juga sedang hidup dalam kesusahan. Uang hasil ngamen waktu itu ludes tak tersisa. Ia pun memutuskan untuk langsung pulang ke kontrakan.
Sebenarnya bukan kali itu saja ia menolong sesama. Siapapun yang membutuhkan, Iqbal selalu rela mengulurkan tangannya asal dia mampu. Terakhir, uang hasil ngamennya juga habis, sampai dia rela tidak makan demi menolong seorang ibu hamil bersama satu orang anaknya yang masih kecil hidup terlunta-lunta lantaran diusir suaminya yang nikah lagi.
Prilaku baik Iqbal tak lepas dari nasehat ibunya sebelum Iqbal merantau ke kota untuk mengejar cita-citanya sebagai artis musik. Tapi sejauh ini, nasib baik belum berfihak. Dengan terpaksa guna membiayai segala kebutuhan hidupnya, Iqbal mengamen di jalanan.
Nasehat ibunya yang terus terngiang dan menjadi peodoman hidup Iqbal yaitu, umat manusia diharuskan saling tolong menolong dan bersedekah. Bersedekah menurut ibunya tidak harus menunggu kaya. Berikanlah apa yang bisa kita berikan dengan hati ikhlas dan tulus. Biarkan Allah yang membalas setiap kebaikan umatnya di dunia. Selain itu, sedekah juga bisa dilakukan dengan lisan dan perbuatan semata-mata untuk kebaikan hingga terjalin amar ma'ruf nahi mungkar. Itulah cerminan dari orang yang beriman.
**
Sesampai di kontrakan, Iqbal langsung merebahkan tubuhnya di lantai yang hanya beralaskan kasur lipat. Tubuhnya letih, perutnya lapar. Semua itu dia tahan. Lantaran seluruh uangnya habis diberikan pada si nenek tadi siang. Tiba-tiba, Eko yang baru pulang kantor datang sambil membawa makanan.
"Koq kamu baru pulang Ko. Emangnya ada lembur ya? Tanya Iqbal.
"Ah tahu apa apa kamu dengan kerjaanku. Kaya pernah kerja di kantoran aja" Balas Eko, bibirnya mencibir. Sejurus kemudian, makanan yang ditentengnya tadi disantap dengan lahapnya, tanpa menawari Iqbal sama sekali. Perut Iqbal makin terasa lapar melihat kawannya itu makan dengan nikmatnya. Namun ia tidak berani minta. Lebih baik menahan lapar daripada minta belas kasihan orang, pikirnya.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuh Eko kejang, mulutnya berbusa, lalu roboh pingsan. Iqbal kaget, segera membawa Eko ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa, rupanya Eko keracunan makanan. Eko pun harus menjalani perawatan, esadarannya belum pulih.
"Saudara siapanya korban?" Tanya seorang dokter.
"Saya sahabatnya dok...!"
"Bagus kau gitu. Ini ada beberapa obat yang harus ditebus secepatnya. Agar sahabatmu bisa cepat pulih" Kata dokter sambil menyodorkan kertas resep.