"Udahlah jangan kau pikirkan itu. Diantara teman sudah sepatutnya saling menolong. Dan perkara sikapmu padaku, sudah sejak awal pun aku maafkan kamu" Balas Iqbal, lalu merangkul kawannya tersebut.
Dalam suasana haru biru itu, tiba-tiba seorang pria paruh baya berperawakan sedang, masuk ke ruang perawatan sambil membawa gitar.
"Maaf, kedatanganku mengganggu kalian ya?" Tanya pria itu.
Kedua sahabat itu kaget. Karena diantara keduanya tidak ada yang merasa kenal kepada pria tersebut, terutama Iqbal. Lantaran dia tahu persis gitar yang dibawa pria tersebut adalah miliknya yang dijual tadi malam untuk membeli obat.
Melihat pandangan mata kedua pemuda itu dihantui rasa heran. Pria paruh baya itu tersenyum.
"Kalian tentu bertanya-tanya siapa aku ini?"
Eko dan Iqbal tak menyahut. Keduanya tetap diam dengan sorot matanya tak beralih kepada pria tersebut.
"Kenalkan aku Priambodo. Aku kesini hanya mau mengembalikan gitar ini pada pemiliknya. Maaf, tadi aku sempat menguping percakapan kalian. Dan aku makin kagum pada sifatmu anak muda" Sebut pria yang mengaku Priambodo, sambil menoleh kepada Iqbal.
"Maksud bapak?" Eko baru berani membuka suara.
"Ketahuilah, kau beruntung punya sahabat sebaik dia. Demi menolong jiwamu, dia rela menjual barang kesayangannya. Semalam anakku yang membeli gitar ini dan menceritakannya padaku. Katanya kau jago main gitar dan bersuara merdu. Makanya aku penasaran"
Mendengar penuturan Priambodo, Eko kaget. Tidak menyangka pengorbanan orang yang sering dia remehkan itu ternyata berhati emas.