"Kenapa anda bicara seperti itu. Bukankah sedang butuh biaya besar untuk pengobatan ibumu?"
"Benar. Tapi harga diri dan kepercayaan tidak bisa diukur dengan materi. Jadi lebih baik kita bertanding sportif saja" Tandas Beno.
"Oh ya pak. Tolong kasih tahu bakal lawan saya besok, lebih baik kita main sportif. Berbesar hatilah menerima apapun hasilnya besok. Jadilah ksatria di bidang olahraga yang kita tekuni ini. Karena pemenang sebenanya bukanlah seberapa poin yang kita raih di lapangan. Tapi sejauh mana bisa menerima kemenangan dan kekalahan dengan jiwa lapang" Tutur Beno dengan hati yang mantap.
Mendengar penuturan Beno, seseorang yang akan menyuap Beno itu menepuk-nepuk pundak Bendo sambil tersenyum. Beno kaget. Karena hal itu tak pernah diduganya.
"Bagus anak muda. Aku bangga padamu. Semuda ini sudah mempunyai prinsip dan jiwa sportifitas tinggi"
"Maksud bapak?" Beno makin bingung.
"Ketahuilah, sebenarnya aku hanya berniat menguji kekuatan mental dan sportifitasmu saja. Aku sebenarnya pemandu bakat yang sedang mencari pemuda-pemuda berprestasi sepertimu. Dan kamu lulus ujian. Tentang uang yang kamu butuhkan, jangan khawatir. Besok jika kamu mampu jadi juara, akan kuberi bonus cukup besar. Berjuanglah....!"