Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kotak Wasiat

2 September 2019   07:45 Diperbarui: 2 September 2019   07:46 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada rasa bahagia yang seolah akan meledakan seluru sel-sel di tubuhnya, ketika kata 'anak' keluar dari mulut majikannya. Bagi Prama panggilan 'anak' ini melebihi kebahagiaan mendapatkan harta berharga apapun yang ada di alam ini. Tapi kebahagiaan itu dia simpan kuat-kuat.

"Angkatlah kepalamu...!"

"Iya tuan" Setelah mengangkat kepala, barulah terlihat jelas, air mata meleleh dari kedua sudut mata Prama. Air mata bahagia.

"Sekarang kau hubungi kedua anakku agar segera pulang. Katakan pada mereka, bahwa aku akan mewariskan seluruh harta kekayaanku..!"

"Baik tuan. Akan saya lakasanakan segera"

**
Dua hari kemudian, kedua anak Yudistira, Guntara dan Ginanjar datang. Mereka berdua tampak sumringah. Namun, ternyata ayahnya tak ada di tempat. Menurut tetangga, Yudistira sedang berobat ke rumah sakit. Terpaksa kakak adik ini menunggu di beranda rumah. Tak nampak sedikitpun rasa khawatir di wajah keduanya. Dalam otak keduanya hanya ada harta.

"Kita sebentar lagi akah jadi kaya raya, tajir melintir..ha ha..ha..." Kata Guntara pada adiknya.

"Iya kak. Kita bakal senang-senang terus. Harta ayah kita tidak akan habis tujuh turunan" Sahut Ginanjar. Wajahnya tampak berseri-seri.

Tak lama berselang, Yudistira datang di temani Prama. Kedua anaknya langsung menyambut sambil berseri-seri.

"Eh ayah akhirnya pulang juga. Kami udah dari tadi nunggu" Ucap Guntara, yang dibalas dengan senyuman kecil Yudistira.

"Sukurlah kalau emang kalian masih ingat ayahmu ini. Ayo kita masuk....!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun