Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Preman dan Corona

17 Juli 2024   06:40 Diperbarui: 17 Juli 2024   08:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 

   " Coba kamu pikirkan kembali, bahwa hidup saat sekarang ini harus disiplin mengikuti protokol pemerintah." Urainya agar anak buahnya mengerti keadaan di desanya yang sekarang hampir 90 persen penduduknya terpapar virus corona gara-gara kematian pak Kabul yang ternyata terpapar virus corona tanpa diketahui dan dipahami keluarga serta disadari masyarakat desa Kebalen.

   " Tapi, hidup kan terus berlangsung. Masak kita menyerah dengan kejadian yang telah berlalu!" Jawab anak buahnya ngotot.

   Mampir tak menjawab. Ia berpikir ulang untuk berani menerjang keberaniannya yang terlanjur melorot karena berkaca pada kejadian-kejadian yang merundung beberapa anak buahnya yang terkena covid 19 seperti pak Kabul. Mampir tak mau mati konyol seperti mereka yang kurang disiplin terhadap diri sendiri. Karena ketidak disiplin itu mereka terpapar pandemi hingga mati dan ditolak para tetangganya sendiri untuk dimakamkan di kampungnya sendiri dengan berbagai alasan yang tak masuk akal.

Namun demikian, perenungan dan pertanyaan-pertanyaan di dalam diri Mampir yang telah melorot keberaniannya semakin menggelisahkannya. Karena dari perenungan dan pertanyaan-pertanyaan itu bisa menumbuhkan keingintahuan, dan menumbuhkan pengetahuan. 

Meski pengetahuan tersebut kadang mengalami kebaruan atau kesalahan adalah hal yang manusiawi. Itulah kenyataannya dalam pencarian kebenaran selalu dituntut untuk menjabarkan secara objektif melalui teori-teori yang dimiliki. Oleh sebab itu pencarian kebenaran tak pernah berhenti, selalu berproses dan tak ada ujungnya.

Otot kawat dan balung besi seorang kepala preman seperti Mampir ternyata mudah dirontokan covid 19 yang kecil seperseribu debu. Mampir baru sadar bahwa hidup hanya sekedar mampir ngombe. Hidup mudah berantakan, dan ambyar!

Bali, 1152020

Catatan kaki:

1. Balung=tulang

2. Ngombe=minum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun